PENGORBANANKU




imaljum - “Pak, antar saya ke rumah sakit di pluit ya. Yang cepat ya.” Kata gua ke begitu menaiki mobil. “Baik pak.” Kata si supir gua. Setelah sampai di rumah sakit, dengan terburu buru gua langsung menuju ke kamar 402. Mata gua langsung tertuju ke seorang pria yang tengah berbaring di ranjang pasien yang masih tidak sadarkan diri. “Gimana ceritanya sampai bisa begini Vin?” tanya gua ke seorang gadis yang duduk didekatnya. “Aku juga ga tau om Erwin. Pas aku masuk kamar papa, aku lihat papa sudah pingsan. Aku ga tau harus gimana.

Aku kan ga kenal siapa siapa di sini, jadi Cuma om yang bisa aku mintai tolong.” Kata Vinca menangis kecil. Jadi sebenarnya pria yang sedang pingsan ini adalah Roy. Dia adalah teman yang sekaligus bekerja sebagai bawahan gua. Karena gua dan Roy cukup dekat, maka sesekali gua main ke rumahnya sehingga gua cukup kenal dengan anaknya yang bernama Vinca. Sepengamatan gua, Vinca adalah anak yang cukup ceria. Wajahnya cantik dan badanya masih sangat seksi menggoda. Maklum saja, usianya baru menginjak 19. “Gapapa Vinca. Apa kata dokter?” tanya gua. “Kata dokter papa kena serangan jantung. Terus pas jatuh tampaknya ada benturan di kepalanya dan dokter masih memeriksa untuk lebih detailnya.

Untung aku ikutin cepet ikutin saran om untuk dibawa kesini. Kalau engga mungkin papa udah ga ada.” Kata gua. “Terus kapan papa kamu sadarkan diri?” tanya gua. “Dokter juga belum bisa tau pasti. Tapi mungkin papa harus inap disini untuk seminggu pertama untuk mneghindari hal hal yang ga diinginkan.” Kata Vinca sedih. “Ya sudah. Kamu ikutin saja kata dokter.” Kata gua sambil menepuk pundak Vinca. “Itu …. “ kata Vinca pelan dan ragu ragu. “Ada apa Vin?” tanya gua. “Masalah biaya om. Pihak rumah sakit perlu jaminan sampai 100 juta untuk mengcover biaya papa. Dan aku sudah harus menyetornya paling lambat besok.” Kata Vinca memohon bantuan gua. “Masalah ekonomi ya Vin.

Kalau itu om harus cek dulu dana yang bisa om bantu. Kalau ada nanti pasti Om bantu. Tapi om ga bisa kasi jawaban sekarang.” Kata gua. “ Vinca pun menunduk lesu lagi. Terang saja dia lesu. Disini dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah lama meninggal dan dia juga ga memiliki saudara maupun kerabat di Jakarta. Tanpa sengaja saat menunduk melihat Vinca, gua melihat belahan toketnya dari kausnya yang sedikit terbuka. Kalau dipikir pikir wajah ni anak lumayan cantik, badanya juga seksi menggoda. Mungkin ini saat yang tepat untuk gua manfaatin. Gua pun mulai memiliki rencana kotor untuk menikmati badan dari anak temen gua.

Setelah menenangkan Vinca dan melihat Roy yang sudah ditangani dokter, gua pamit pulang sama Vinca. Setelah gua lihat, sepertinya gua masih memiliki dana cadangan yang bisa gua gunakan untuk membantu Vinca. Gua melihat kearah jam yang sudah menunjukan pukul 6 sore. Gua pun menelepon Vinca untuk menjalankan rencana kotor gua. “Halo om?” tanya Vinca. “Gimana keadaan papa kamu?” tanya gua. “Masih belum sadarkan diri om.” Jawab Vinca sedih. “Kamu sudah dapat pinjaman dari orang lain belum?” tanya gua harap harap cemas. “Belum om. Om bisa bantu kan? Please. Kalau enga besok papa bisa diusir dari rumah sakit.” Jawab Vinca sambil suaranya mulai bergetar menahan tangis. “Setelah om lihat masih ada dana yang bisa om gunakan. Kamu bisa ke rumah om sekarang untuk ambil uangnya?” pancing gua. “Bisa om! Om kasih alamat om aja. Makasi banyak om!” jawab Vinca girang begitu gua menyanggupi permintaanya.

Gua mengirimi alamat gua yang ada dibilangan Mangga Besar. Sambil menunggu kedatangan Vinca, gua memasukan uang tunai 100 juta kedalam amplop coklat. Tok tok tok. Akhirnya yang ditunggu datang juga pikir gua. Gua membukakan pintu dan mempersilahkan Vinca masuk. “Kamu sudah makan?” tanya gua. “Belum Om.” Jawab Vinca. “Ya sudah, sementara kamu lupakan masalah kamu dulu. Jangan sampai kamu ga makan dan nanti ikutan sakit.” Kata gua sambil mengajak Vinca ke ruang makan. “Tapi Om bisa bantu masalah aku kaan?” Tanya Vinca sekali lagi untuk meyakinkan dirinya. “Bisa.

Sudah kamu makan dulu aja.” Jawab gua. Kita pun makan makanan yang sudah gua pesan sebelumya. Selagi makan, gua memperhatikan wajah dan badan Vinca yang cukup tinggi. Wajahnya dilihat lihat memang cantik. Kaos ketat dan juga celana pendek yang dia kenakan membuat gua bisa dengan mudah melihat lekukan tubuh Vinca. Badanya masih ranum khas abg abg pada umumnya. Ditambah ukuran toketnya yang besar menambah keseksian badan abg yang satu ini. Selesai makan, Vinca dengan buru buru langsung kembali ke tujuan dia kemari. “Jadi om kapan bisa bantu aku?” tanya Vinca. “Ini om bisa bantu.” Kata gua sambil memegang amplop coklat yang sudah gua persiapkan. “Makasi om.” Jawab Vinca sambil tersenyum. Gua pun membalas senyuman bahagia Vinca dengan senyuman mesum.

Gua bangkit berdiri dan pindah duduk kesebelah Vinca. “Vin, papa kamu kan temen om. Jadi uang ini bukan om pinjamkan, tapi om kasih.” Kata gua. “Serius om? Makasih banyak om!” kata Vinca sambil memegang tangan gua sangking girangnya. “Tapi karena uang ini jumlahnya besar, om perlu sedikit balasan.” Kata gua. “Balasan apa aja pasti papa setuju.” Jawab Vinca yang masih belum sadar akan kemauan gua. “Kamu masih perawan kan Vin? “ tanya gua sambil meletakan tangan gua di paha mulusnya. Tidak menjawab godaan gua, Vinca langsung menepis tangan gua dan bangkit berdiri. “Aku bukan cewek kayak yang om pikir.” Jawab Vinca ketus sambil berjalan kearah pintu. “Yah, kalau kamu lebih memilih keperawanan kamu daripada nyawa papa kamu silahkan saja. Om ga larang.” Kata gua santai. Vinca terdiam sesaat. Perlahan dia berbalik badan dan kembali duduk di seberang gua. “Please om. Bukanya papa temen om. Jangan lakuin ini.” Pinta Vinca sambil mulai menangis. Tampaknya dia sadar kalau gua adalah satu satunya orang yang dia kena yang mampu untuk ngasi pinjaman dalam jumlah besar. “Dalam sehari kamu bisa dapetin uang 100 juta. Ini cara yang mudah kan.” Kata gua. “Please om. Bantu Vinca. Jangan kayak gini.” Kata Vinca mulai menangis kecil.

Vinca​


“kamu duduknya jauh banget. Om ga bisa denger.” Kata gue sambil menepuk paha gua sendiri. Vinca dengan ragu pindah ke sebelah gua. “Kok kesebelah, sini dong.” Kata gua sambil kembali menepuk paha gua. Tau kemauan gua dan ga memiliki pilihan, akhirnya Vinca duduk di pangkuan gua. Gua bisa ngerasain empuknya pantat Vinca. “Sudah jangan nangis. Om pasti bantu kok.” Kata gua berbisik di kupingnya. Tangan gua mulai memegang toketnya yang besar. “jangan jangan Om orang pertama yang ngerasain kenyelnya toket lu ya Vin?” Goda gua. “Please Om. Stop….. “ kata Vinca sambil menangis. Air matanya mulai mengalir deras.

“Mendingan kamu nikmatin aja, lagipula ngentot tu enak kok. Pasti lu suka.” Kata gue sambil meremas remas toket Vinca dan menggesekan kontol gue ke pantatnya. Mendapat pelecehan macam ini Vinca hanya bisa menangis tanpa berbuat banyak. “Kalau lu diem gini aja, kayak main sama boneka. Mending gua bawa ni 100 juta ke alexis.” Ancam gua sambil menggeser badan Vinca dari pangkuan gua. “Please jangan Om.,,, papa butuh uang itu.” Kata Vinca panik begitu mendengar gua batal membantunya. “Usaha dong. Kalau diem kaya gini mending lu cari orang lain aja untuk bantu lu. Om mau ke alexis aja.” Ancam gua. “Ampun om. Vinca ga pernah aneh aneh kaya gini. Ajarin Vinca. Please…. Vinca butuh uangnya untuk papa. “ Kata Vinca sambil memegang tangan gua.

“Ya sudah, biar om mood nya bagus lagi kamu buka baju sambil striptis. Om mau lihat.” Kata gua kembali duduk santai di sofa. “Striptis om?” tanya Vinca bingung. “Iya, Striptis. Tau kan? Joget erotis yang seksi sambil buka tu kaos dan celana.” Kata gua. Dengan ragu Vinca mulai menggoyangkan badanya dengan cukup seksi namun sangat kaku. Melihat Vinca yang sudah pasrah saja dengan permintaan gua, gua mulai mengambil HP dan merekam dia. “Jangan!” kata Vinca sambil mencoba mengambil HP gua. “Mau uangnya ga?” ancam gua.

Tau kalau dia sedang tidak dalam posisi bisa menego, Vinca kembali bergoyang. Perlahan lahan tanganya mulai menarik kaosnya keatas sampai akhirnya melepaskan kaos yang dia kenakan. “Gede banget tu toket. Hahaha.” Kata gua sambil tertawa. Spontan Vinca menutupi toketnya. “Lanjut striptisnya. Masih ada celana yang belom dibuka.” Kata gua. Sambil menahan tangis, Vinca kembali meliukan badanya dan mulai melepas celananya. Akhirnya celana Vinca pun sudah dilepas. Vinca terlihat sangat seksi dbalut BH dan kolor yang bewarna merah terang. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Postur tubuhnya yang semampai, toketnya yang besar dan bulat dan perutnya yang rata dan mulus membuat gua makin ngaceng.

Sambil memberi isyarat kepada Vinca untuk terus melanjutkan striptisnya, gua melepas pakaian gua sampai bugil. Mata Vinca melotot melihat kontol gua yang berukuran jumbo. Ekspresi mukanya semakin takut, membayangkan kontol gua yang besar ini akan menyodok masuk memeknya yang masih perawan. “Ayo joget terus sambil buka BH sama kolor lu. Udah ga sabar ni.” Kata gua sambil terus merekam. Perlahan tapi pasti, gerakan Vinca semakin lama terlihat semakin luwes. Akhirnya yang ditunggu tungu tiba.

BH merah yang dia kenakan akhirnya jatuh kelantai. Gua langsung melotot melihat pentil Vinca. Tketnya yang besar, bulat dan putih ternyata pentilnya kecil dan bewarna pink. “Pentil lu pink banget. Ga pernah dikenyot kenyot ya Vin?” goda gua. Vinca hanya terdiam sambil terus meliukan badanya. Dengan ragu, Vinca melepas kolor merah yang menjadi penutup badanya yng terakhir. Gua bisa meihat memeknya yang masihsangat rapet dan ditumbuhi sedikit bulu halus. Gue memberi isyarat ke Vinca untuk kembali duduk di pangkuan gua. “Ehm…” Desh gua pelan begitu pantat mulus Vinca menggencet kontol gua yang keras. “Ah. Sakit ya om?” kata Vinca panik mendengar desahan gua. “Enga kok sayang. Enak malahan.” Kata gua.

Gua mulai menggesekan kontol gua diantara bongkahan pantat Vinca. Rasanya nikmat banget kaya ngegesekin kontl ke kulit yang sangat mulus tapi empuk. Tangan gua juga meremas remas toket Vinca yang kenyal sambil memainkan pentil kecilnya yang bewarna pink. “Ahhh…”desah Vinca. Tampaknya gairah Vinca mulai muncul begitu pentilnya dipilin. “Vin, lu pernah masturbasi ga?” bisik gua di kupingnya. Vinca menggelengkan kepalanya. Melihat kepolosan Vinca ngebuat gua semakin bergairah. Gua langsung melumat kupingnya. “AhHHHHHH……” desah Vinca panjang begitu kupingnya gua jilatin. Gua membungkam desahan itu dengan cipokan. Mulut gua langsung melumat bibir Vinca. Awalnya Vinca hanya diam saja, namun remesan di toketnya dan juga gencarnya permainan lidah gua tampaknya membuat sisi nakal Vinca muncul. Lidah Vinca mulai menyambut lidah gua. Seolah lidah gua dan dia bergulat di dalam mulutnya. Ga Cuma sampai disitu, lidah Vinca sekarang mulai berani masuk kedalam mulut gua dan terus menjilati lidah gua.

Ga puas dengan mulut Vinca, Gua menggeser Vinca dari pangkuan gua. Gue mendorong dia sampai ketembok dan gua cupang cupangin lehernya. “Ah…..om…..”desah Vinca mendapatkan serangan dadakan. Ga lama gua kembali mengecup bibirnya dan kita kembali bermain lidah. Ludah gua dan Vinca udah sangat banyak dan sedikit meluber ke bibir kita masing masing sangking napsunya. Kepala gua mulai turun dan mulai menjilati pentil nya. “Ahhhhh” desah Vinca begitu lidah gua yang basah menjilati pentilnya. “Enak kan sayang.” Kaya gua sambil terus menyusu. Sambil mengigit kecil pentil kiri Vinca, tangan gua terus meremas remas toket kananya. “ahhhh…ahhhh.” desahan Vinca semakin menggebu mendapatkan remasan dan juga gigitan di toketnya. Jilatan gua mulai turun, dari pentilnya sekarang lidah gua udah ermain di pusarnya dan terus turun ke memeknya yang rapet.

Gua jongkong sehingga mulut gue tepat di memeknya Vinca. Tangan gua mulai membuka memeknya yang masih sangat rapet itu. Begitu mulai terbuka gue mengintip sedikit dan ternyata masih bewarna pink khas abg. Jari gua mulai memainkan tonjolan kecil yang ada didalamnya dan membuat Vinca mendesah keenakan. Gue mulai menjilati memeknya yang mulai becek sama cairan nya sendiri. “Memek kamu legit banget Vin.” Kata gua sambil terus menikmat cariran memek Vinca. Vinca mulai terbawa napsu terpendamnya.

Kaki kanan Vinca dinaikan ke pundak gua sehingga gua bisa lebih leluasa menjilati klitoris Vinca. “Ahhhhh…” leguh Vinca begitu lidah gua menyeruak masuk. “Enak kan Vin? Udah om bantu biaya papa kamu, sekarang om bantu muasin hasrat kamu.” Kata gua dan terus menjilati klitorisnya. Ga tahan dengan permainan lidah gua, Vinca memegang kepala gua erat dan terus dijejelkan ke memeknya. Melihat Vinca yang sudah menikmati dosa ini, gua semakin semangat mengorek memeknya dengan lidah. “Ahh…om Erwin!!” pekik Vinca. Cairan memeknya keuar cukup banyak kali ini. “Udah klimaks ya?” kata gua berhenti menjilati memeknya. “ahh…” Vinca hanya bisa diam sambil mencoba mengatur napasnya kembali.

Vinca duduk di lantai karena energinya terkuras saat orgasme tadi. Melihat posisi Vinca yang duduk lemas, gua langsung berdiri dan menempelkan kontol gua yang sudah keras ke depan wajahnya. “Sekarang sepongin om.” Kata gua sambil menggesekan kontol gua ke pipinya. “Vinca jijik om. Jangan.” Kata Vinca menolak untuk memasukan kontol gua ke mulutnya. “Jadi udah ga perlu uang?” kata gua kembali mengancam dan menjauh dari Vinca. Takut kehilangan bantuan, Vinca langsungmemeluk kaki gua dan mengecup batang kontol gua. “Gitu dong. Sekarang jilatin batang nya dulu.” Kata gua memberi arahan kepada Vinca yang masih pemula.

Dengan ragu Vinca mulai menjilat batang kontol gua. Lidahnya perlahan lahan bergerak menjilati mulai dari bawah ke atas dan semakin lama semakin cepat. “Baru pertama kali tapi udah tau aja yang enak kaya gimana.” kata gua memuji permainan lidah Vinca. Puas batang gua dijilati oleh Vinca, gua menekan kepala Vinca supaya jilatanya pindah ke kedua biji peler gua. Jilatan Vinca terasa sungguh geli dan juga nikmat. Hanya sebentar saja, kontol dan peler gua sudah basah dengan liur Vinca.

“Sekarang masukin kontol gua ke mulut kamu.” Kata gua sambil mengelus rambut Vinca. “Ta….tapi om. Ukuran kontol om besar banget. Ga akan muat sama mulut Vinca.” kata Vinca sambil memegang kontol gua dengan tanganya. “Muat kok sayang. Udah dicoba dulu.” Kata gua sambil menjejelkan kontol gua ke mulutnya. Vinca dengan takut membuka mulutnya dan dengan susah payah memasukan kepala kontol gua. Setelah beberapa kali gagal, kali ini Vinca membuka mulutnya lebar lebar dan kontol gua akhirnya berhasil masuk ke mulutnya. “AHHHH… enak banget.” Kata gua merasakan hangatnya mulut Vinca yang dipenuhi ludahnya sendiri. Vinca yang merasa tidak nyaman dengan kepala kontol gua yang masuk ke mulutnya lansung menepuk paha gua sebagai isyarat untuk mengeluarkanya. Alih alih mencabut kontol gua keluar dari mulutnya, gua semakin bersemangat untuk menikmat mulutnya. Gua langsung memegang kepala Vinca dengan erat dan dengan satu hentakan keras, kontol gua langsung masuk setengahnya. “UGHHH!!!!” Vinca langsung terbatuk dan ingin muntah karea sodokan gua. Gua bisa ngerasain kepala kontl gua menyentuh ujung bagian mulutnya.

Melihat Vinca yangterbatuk batuk bukanya membuat gua iba tapi semakin menambah birahi gua. Gua dengan cepat menyodok nyodok mulut Vinca sampai ludah Vinca muncrat dari sela sela kontol gua. Walau kontol gua terasa sakit karena menabrak giginya setiap kali gua nyodok mulutnya,tetapi sensasi memperkosa mulut perawan Vinca ngebuat gua ga bisa berhenti menyodok mulutnya. Air mata mulai Vinca mulai menetes dan dia terus menepuk pantat gua supaya gua berhenti menyodok mulutnya. Akhirnya gua mencabut kontol gua dari mulutnya. Air liur Vinca langsung belepotan keluar sehingga wajahnya terlihat semakin binal. “uhukk uhukk…. Hoek!!” Vinca terbatuk batuk seperti ingin muntah.

Melihat Vinca yang lemas dan terbatuk batuk, gua langsung menggendong Vinca. “Kya!” pekik Vinca kaget dengan gerakan gua yang tiba tiba. Tangan Vinca secara refleks langsung dikaitkan ke leher gua supaya ga jatuh. “Sekarang giliran om yang dibikin klimaks.” Kata gua sambil menggendong Vinca menuju kamar tidur gua. Begitu masuk kedalam kamar, gua langsung melempar badan Vinca ke ranjang. Sadar apa yang akan segera gua lakukan, Vinca langsung memelas karena takut. “Ampun om, Vinca bakal jilatin lagi tapi jangan yang ini om.” Kata Vinca gemeteran melihat ukuran kontol gua yang akan menusuk memeknya. “Jangan takut sayang. Nanti juga kamu nikmatin kayak tadi. Awalnya malu akhirnya naikin kaki ke pundak om supaya klimaks. Hahaha.” Kata gua mengingatkan Vinca akan tingkah cabulnya. Wajah Vinca memerah, entah karena marah gua lecehin atau karena malu atas tingkahnya saat terbawa hasrat sex nya.

Gua mendekati Vinca dan mulai menciumi toketnya yang ranum. Jilatan di pentilnya ngebuat Vinca sedikit mendesah. “Ehm…” Desah Vinca yang kemudia langsung ditutp oleh tanganya sendiri seolah mencoba untuk menguasai napsunya. Gua mulai mengenyot toket Vinca dan mengigit gigit kecil pentil Vinca yang ngebuat desahan Vinca maskin terdengar jelas walau masih ditutup dengan tanganya. Mulut gua mulai menuruni badan Vinca. Jilatan gua turun ke perut dan bermain main sebentar di pusarnya dan terus turun hingga akhirnya kembali bersarang di memeknya. Gua mengangkat kedua kaki Vinca kearah yang berlawanan untuk memudahkan lidah gua untuk menerobos masuk ke keklitorisnya. “AHHHH!” kali ini desahan Vinca ga lagi bisa dibungkam oleh tanganya sendiri. Jilatan gua semakin mengorek kedalam dan Vinca terus mendesah keenakan. Tanganya sudah ga lagi mencoba membungkan desahan binalnya. Akhirnya gua berhenti menjilati memek Vinca begitu gua rasa foreplaynya sudah cukup dan ini saatnya untuk mengambil keperawanan Vinca.

“Nikmat kan sayang. Akan lebih nikmat kalau ini yang masuk dibandingin lidah om.” Kata gua sambil menempelkan kepala kontol gua ke bibir memeknya. Walau sudah terbuai oleh hasratnya, Vinca masih bisa sedikit menguasai dirinya untuk mencegah gua memasukan kedalam memeknya. “Om..Stop OM!!” kata Vinca sambil menendang paha gua tepat disaat gua mencoba untuk menyodok kontol gua. “Jangan gerak dong sayang. Om bakal lembut kok masukinya kan kamu masuk perawan.” Kata gua sambil kembali memposisikan kontol gua. “Jangan om… jangan! Vinca ga mau kehilangan perawan.” kata Vinca ketakutan sambil meronta ronta. Vinca mulai menyesali keputusan yang dia ambil sekarang. Tanpa disengaja kaki Vinca menendang kontol gua pelan. “Ahh.. maafin Vinca om.” Kata Vinca panik begitu kakinya menendang kontol gua. “Kayaknya lu ga bisa dibilangin. Sini lu.” Kata gua terbakar emosi. Gua langsung menarik kaki Vinca sehingga kontol gue kemali menempel di memeknya. “Mampus lu!” kata gua terbawa emosi. Dengan satu hentakan keras, kontol gua langsung masuk 3/4 kedalam memeknya. “ARGHHH!!! Sakit !!! keluarin OM!!!!!” teriak Vinca begitu selaput keperawananya gua robek.

Gua mencabut kontol gua dan melihat darah yang menempel di kontol dan juga mengalir keluar dari memek Vinca. “Hahahaha. Akhirnya dapet juga perawan lu.” Kata gua sambil memperlihatkan kontol gua yang terdapat bercak merah ke Vinca. Sambil menahan rasa sakit, Vinca meringkukan badanya sambil menangis. “Om sialan! Bajingan. Hiks…” umpat Vinca sambil menangis kesakitan. “Sudahlah, mending lu nikmatin aja. Walau lu sudah ga perawan tapi lu jadi anak berbakti.” Kata gua menarik kaki Vinca sampai terbuka lagi. Karena kesakitan, kali ini Vinca ga punya tenaga untuk meronta. Dengan cepat gua kembali menusuk memeknya dengan kontol gua yang sudah keras. Dengan cepat dan kasa gua terus menyodok memeknya. Setap kali gua menyodok, gua bisa ngerasin kepala kontol gua menyentuh ujung dar memeknya. “ArRRGHH ARGGGHH ahhhh…ahhhh..” Pekikan Vinca perlahan lahan berubah. Yang awalnya kesakitan lama kelamaan mulai berubah menjadi erangan nikmat.

Bosan dengan posisi man on top, mambalik badan Vinca hingga tengkurap dan kemudian mengangkat sedikit pinggulnya sampai akhirnya Vinca berada di posisi menungging. “Ini posisi yang om suka.” Kata gua sambil mengelus kedua pantat Vinca yang sangat montok. Pemandangan juga semakin indah karena tepat di depan Vinca terdapat kaca yang menempel di pintu lemari pakaian. Gua bisa ngeliat ekspresi muka sayu Vinca ditambah toketnya yang menggantung indah. Vinca ga berkata apa apa mendengar perkataan gua. Entah karena emosinya hancur karena keperawananya diambil dengan kasar atau karea dia sudah menikmati sex dan malu mengakuinya. Dengan cepat ga kembali memasukan kontol gua ke memeknya. “AHHH” leguh Vinca.

Sambil terus menggenjot Vinca, tangan gua terus meremas remas bongkahan pantat Vinca. Terbawa napsu, Vinca mulai memaju mundurkan pinggulnya sendiri seirama dengan sodokan gua. Melihat hal it, gua langsung berhenti menyodokan kontol gua. “Hahaha! Bahkan sekarng sudah bisa ikut goyang.” Goda gua melihat Vinca yang ga bisa menahan diri. Vinca meoleh dengan tatapan super sange. Ga memperdulikan ejekan gua, Vinca terus memaju mundurkan pantatnya. Gerakan Vinca semakin lama semakin cepat dan ga jadi ga kuasa untuk terus menggoda dia. Tangan gua langsung memegang pinggulnya dan kembali menyodokan kontol gua dengan cepat dan kasar. “Ahh…AHHH…AHHH.” desah Vinca menjadi ga karu karuan.

Gua memeluk badan Vinca dari beelakang dengan satu tangan dan tangan satunya lagi meremas remeas toketnya yang menggantung indah. “Lihat kedepan. Lihat muka sange lu. Itu diri lu yang sebenrnya.” Kata gua berbisik di kuping Vinca. Vinca melihat ke kaca depan dan terpaku sesaat. Vinca melihat gambaran dirinya di kaca dengan wajah sangenya yang sangat menimati seks. Disodok dari belakang sambil diremas remas toketnya.

Sodokan gua semakin cepat melihat pantulan kami dari cermin. “AHHH….AHHHH…” desah Vinca keenakan dengan hentakan hentakan kasar yang gua lakuin. “Vin, om sudah mau keluar. Memek lu rapet banget.” Kata gua sambil semakin keras menyodok memeknya. “Aahhhh….” desah Vinca panjang begitu mencapai orgasme sebelum gua. Mendengar desahan Vinca yang sangat binal ngebuat peju gua semakin terpompa ke ujung kontol. Gua langsung mencabut kontol gua dan memuncratka peju gua yang kentel ke pantat Vinca. “AHHHH” desah gua keenakan begitu peju gua membasasi pantat dan sebagian muncrat ke punggung Vinca.

Vinca jatuh terngkurep dirajang karena kelelahan dan gua pun tiduran di sebelahnya. “Nikmat kan sayang.” Kata gua berbisik sambil sedikit mencumbu kupingnya. “……” Vinca hanya diam saja mengatur napasnya. Begitu sudah ga terlalu capek, gua bangkit berdiri dan mengambil HP gua. Dengan semangat gua memvideokan Vinca yang tergeletak tanpa busana dan peju gua yang masih menempel di pantatnya. “Vin.” Panggil gua. Vinca menoleh dan melihat gua yang sedang menvideokan dirinya. Dia langsung mencoba menutupi toket dan memeknya dengan kedua tanganya. “Sekarang bersihin kontol gue dari peju dan darah pake mulut lu.” Kata gua sambil terus ngerekam. “Ta…tapi…” Vinca terlihat jijik dengan permintaan gua. “Abis ini duitnya om kasih.” Janji gua.

Vinca mulai meraih kontol gua dan lidahnya menapu kontol gua hingga bersih. “udah ya om.” Kata Vinca sambil melihat ke arah gua yang terus merekam kebinalanya. “Ujung kontol gua masih ada peju.” Kata gua. Lidah Vinca mulai menjilati lubang kencing gua, kemudian kepala kontol gua dimasukan ke mulutnya. “Plop” bunyi ketika mulut Vinca menghisap kepala kontol gua dan kemudian ditarik keluar.

Puas dengan Vinca, gua menepat janji gua. “Ini uangnya. Lain kali om bakalan kasih uang jajan tambahan.” Kata gua genit sambil meremas toket Vinca. Vinca mengambil amplop dari tangan gua dan buru buru mengenakan pakaianya tanpa membersihkan badanya terlebih dahulu. “Om anter pulang ya.” Kata gua. “Ga usah om.” Kata Vinca ketus. “Sudah malam loh Vin.” Kata gua. “Gapapa om. Vinca naik ojek aja.” Tolak Vinca. “Yakin kamu? Badan kamu baju peju gitu. Nanti ojeknya tau kamu abis ngentot malah kamu diperkosa loh.” Kata gua menakut takuti Vinca. Vinca terdiam sesaat dan akhirnnya setuju untuk gua antar pulang.

Setelah sukses ngebujuk Vinca, akhirnya dia mau gua anter. Toket Vinca semakin terlihat menantang beitu dia mengenakan sabuk pengaman yang tepat membelah toketnya. “Toket kamu keliatan makin seksi aja Vin.” Goda gua. Vinca tampak cuekin perkataan cabul gua. “Kok om dicuekin si.” Kata gua sambil meremas toketnya. “AW! Apaan si om!” pekik Vinca kecil karena kaget dengan remasan gua. “Om ga tahan ngelihat toket kamu.” Kata gua sambil terus ngeremas gundukan kenyal Vinca. Alih alih menepis tangan gua, Vinca tampak menikmati remasan halus gua. Begitu kena lampu merah, gua langsung menggunakan kedua tangan gua untuk meremas remas toketnya. “Om stop! Ada motor disebelah.” Tepis Vinca. “Mereka ga kenal kita kok sayang.” Kata gua sambil meremas kembali toket Vinca. Gua menengok ke arah motor dan melihat muka mupeng si pengendaranya.


Dengan sangat mupeng dia melirik kedalam kaca memperhatikan toket Vinca yang sedang gua remas remas. Lagi asik asiknya ngeremesin toket Vinca, lampu pun berubah menjadi hijau dan gua terpaksa menjalankan kembali mobil gua. “Om gila. Sampai dilihat orang begitu.” Kata Vinca malu malu. “Tapi kamu suka kan? Akui saja lah Vin.” Kata gua. Vinca hanya tertunduk malu tidak mau mengakui sisi binalnya. Tangan gua mulai meraba raba paha Vinca dan tidak ada tepisan dari Vinca kali ini. Semakin lama elusan gua makin naik ke arah memeknya. Vinca yang tau mau gua mulai membuka kedua pahanya lebar lebar. “Tau aja mau om. Atau sebenernya kamu yang mau om cobel cobel? Hahaha.” Tawa gua melihat tingkah Vinca yang sangat berbeda dengan saat di rumah sakit. Dengan cepat gua melepas kancing dan juga resleting celana Vinca. tangan gua juga menyusup kedalam kolornya. “Udah becek lagi aja ni sayang.” Kata gue begitu merasakan memek Vinca yang basah.

Lagi lagi Vinca tidak mengubris perkataan gua. Jari tengah dan telunjuk gua mulai masuk dan mencolok colok memek Vinca. “Ahhhh….ahhhh..” Vinca menutup matanya menikmati permainan jari gua di memeknya. “keenakan sampai merem melek ya Vin.” Goda gua. “AHHHH….”Vinca menjawab gua dengan desahan yang sangat erotis. Desahan Vinca semakin lepas. Dia sudah tidak berusaha untuk menahanya lagi. Jari gua menemukan bagian gspot Vinca. Setiap kali gua memainkan daerah di dekat klitorisnya, Vinca lansung mendesah kencang. Ga terasa sudah 20 menit gua menyetir mobil. Yang artinya sudah 20 menit gua mengrepe grepe badan Vinca. “Sudah sampai ni Vin.” Kata gua sambil membuka kunci mobil gua. Vinca melihat keluar dan baru menyadari kalau kita sudah sampai. “Keenakan sampai ga sadar ya Vin. Hahaha” Goda gua. Alih alih turun, Vinca malah memegang tangan gua. “Om, turun sebentar ya.” Kata Vinca sambil memegang tangan gua dan menunduk. “Dasar lonte.” Kata gua sambil tersenyum picik.

Mengikuti kemauan Vinca, gua memarkitkan mobil gua ke garasinya dan masuk kedalam rumah Vinca. Begitu mengunci pintu, Vinca langsung memeluk gua dan mencium mulut gua. “Emmmm” gua langsung memalas ciuman Vinca. Berbeda dengan pas di rumah gua, kali ini Vinca sangat agresif. Mulutnya melumat habis mulut gua dan lidahnya dengan liar menyeruak masuk ke dalam mulut gua. Setiap inci bagia mulut gua dia jilat jilat dan lidah gua juga ga lepas dari jilatanya. Karena sudah ga tahan juga, gua langsung melucuti pakaian Vinca sampai bugil. Dengan kasar gua langsung mengocok memek Vinca dengan 2 jari. “AHHH….AHHH..”Vinca melepas ciumanya dan mendesah dengan keras. Melihat Vinca yang mulai kelojotan, gua semakin cepat mengocok memeknya.

“AHHH….AHHH..ARGHHHH!” Ga butuh waktu lama sampai Vinca orgasme. Tampaknya rangsangan sejak dari mobil membuatnya cepat mendapatkan orgasmenya. Badan Vinca lunglai dan dia pun terduduk di lantai karena lemas. Kali ini Vinca dengan inisiatif langsung membuka celana gua. “udah ga sabar pengen kontol ya.” Kata gua sambil mengelus kepala Vinca. walau dia masih kelelahan, tapi tanpa membuang waktu, Vinca langsung membuka celana gua dan memasukan kontol gua kedalam mulutnya dengan penuh napsu. Gua juga langsung memegang kepala Vinca dan mulai menyodokan kontol gua kedalam mulutnya dengan kasar. “UGHH…”Vinca mulai terbatuk batuk begitu kontol gua yang menyodok kerongkonganya. “Enak kan.” Kata gua sambil menampar pelan pipinya. Air liur Vinca mulai menetes dan setiap kali dia terbatuk ada ludah yang ikut muncrat dari sela sela bibirnya. Gua mencabut kontol gua dari mulutnya dan menampar pipinya dengan kontol gua yang penuh dengan ludah Vinca. “Kamu mau ini kan?” kata gua sambil menampar dan mengolesi wajah sangenya dengan ludah di kontol gua. “Ma….mau.” kata Vinca.
Hanya dalam sehari Vinca sudah berubah seperti lonte. Mungkin karena selama ini dia hidup sangat baik baik tanpa mengenal seks sedikitpun, maka begitu diberi nikmatnya ngentot dia ga bisa menahan napsunya lagi. Gua langsung menarik tangan Vinca masuk ke kamar ayahnya Vinca. Karena dekat dengan sang ayah, gua sudah beberapa kali main ke rumah ini dan tau persis isi rumahnya. Gua langsung melempar badan Vinca ke ranjang. “taa…tapi om.” Kata Vinca kaget. “Om pengen ngentotin kamu di ranjang tempat papa kesayangan kamu tidur.” Kata gua. Masih terkaget, gue langsung menindih badan Vinca.

Kontol gua yang sudah keras langsung gua arahkan ke dalam memeknya. Jari gua membuka bibir mememknya untuk memudahkan gua melakukan peneterasi. “AHHHHH…”desah Vinca keenakan begitu gua menyodok memeknya. “Om….Enak banget om.” Kata Vinca menikmati setiap kali gua menyodok memeknya. “Vin, Andai papa kamu tau kebinalan kamu. Hahaha.” Kata gua sambil membenamkan muka gua ke antara toketnya Vinca. “AH…jangan bawa papa om…AHhh.” Gerutu Vinca diantara desahanya. Karena sudah kepalang sange dari mobil, gue ga bisa menahan tempo. Dengan cepat gua menghajar memeknya. Toket Vinca terlihat bergoyang goyang indah mengikuti hentakan gua. “Coba om tau kamu selonte ini, sudah om entot kamu dari dulu.”

Kata gua sambil meremas kedua toket kenyal Vinca. “Entot Vinca terus om…ahhh….Vinca udah ga tahan.”racau Vinca ga karuan. Tanpa memperdulikan harga dirinya, Vinca rela dipanggil lonte demi mendapatkan kepuasan birahi. “Emang nikmat memek kamu. Kontol om berasa kejepit banget.” Kata gua keenakan. Gua menarik tangan Vinca dan menjatuhkan badan gua ke ranjang sehingga posisi berubah dari man on top menjadi woman on top. “Goyangin badan kamu Vin.” Kata gua. Dengan perlahan Vinca menggoyangkan pinggulnya. “Ahh…enak banget. Om bakalan ajarin kamu sampai bisa jadi lonte favorit om.” Kata gua sambil meremas toket Vinca yang menggantung di depan muka gua.

“Goyang lebih cepat sayang.” Kata gua sambil membantu menggerakan pinggul Vinca. Gerakan Vinca semakin lama semakin luwes. “Ahhh…” Vinca mendesah sambil mengarahkan tangan gua ke toketnya kembali. “Enak ya diremes remes kaya begini.” Kata gua sambil memilin pentilnya. Vinca hanya mendesah desah sambil terus menggoyangkan pinggulnya dengan lebih cepat. “Ah….Om…ahhh.” Vinca hanya bisa mendesah menikmati kontol gua. Ga puas hanya diulek sama Vinca, gua mulai menaik turunkan badan Vinca dengan bantuan hentakan dari pinggul gua. Mengerti yang gua mau, Vinca mulai mmenggerakan pantatnya keatas kebawah. “Ah.. Enak banget Vin.

Cocok banget kamu jadi lonte. Muka kamu udah binal banget.” Kata gua begitu melihat wajah sange Vinca. Gua melepas remasan toket Vinca dan mulai meremas kedua pantat Vinca yang semok. “AH… kok dilepas..” kata Vinca dengan kecewa. “Om pengen lihat toket kamu goyang goyang.” Kata gua sambil mulai ikut menaik turunkan pinggul gua mengikuti ritme pinggul Vinca untuk memperkuat sodokan. Begitu gua mulai aktif, Vinca juga mempercepat ritme permainan. “Ahhh…ahhh..om…” desah Vinca ga karuan. Toket Vinca juga ikut bergoyang goyang dengan sangat menggoda. Pengen rasanya gua kenyot tu toket. Setelah beberapa saat melihat toket Vinca yang berguncang guncang, akhirnya gua ga kuasa menahan hasrat netek. Gua mulai mengarahkan mulut gua ke arah toket Vinca. Melihat kepala gua yang mulai maju, Vinca langsung menarik kepala gua hingga akhirnya mulut gue mencaplok toket kenyel Vinca.

Alih alih menjilati pentilnya, gua ga tahan untuk ga mengasari toket ranum Vinca. Gue mulai mengigit kecil pentilnya hingga Vinca kesakitan. “Ahh…Om…sakit…ahhhhh..” Vinca mulai meracau kesakitan. Namun diantara jeritanya terdengar suara desahan nikmat. Gua semakin keras mencicit pentil Vinca. “AHHH….stop om…Ahhhh.” desah Vinca sambil menarik kepala gua menjauhi toketnya. Tentu saja gua ga melepas gigitan gua. Dengan gigitan kecil, gua sedikit menarik pentilnya Vinca yang membuat Vinca meracau nikmat dan sakit disaat yang bersamaan. “ARGHHH!” racau Vinca. Ga puas memainkan pentil kanan Vinca.

Gua mulai memindahkan gigitan gua ke pentil kirinya. Ga jauh berbeda, Vinca merespon gigitan gua dengan desahan penuh kenikmatan. Erangan Vinca yang ga berhenti membuat gua ga semakin sange. Gua langsung mendorong badan Vinca hingga dia telentang di ranjang dan mulai menggenjot dia dengan posisi man on top. “Lonte dasar kamu Vin!” kata gua sambil menampar toketnya yang ikut bergoyang setiap kali memeknya menerima sodokan kontol gua. “Ahh….puasin…aku..om” kata Vinca terbata bata.

Lagi asik asiknya menikmati badan ranum Vinca, HP gua bergetar dan menimbulkan suara yang cukup berisik karena memang gua taruh diatas meja kayu. Gua melihat HP gua dan ternyata yang menelepon adalah istri gua. “Hello Na. Kenapa?” kata gua begitu menggangkat telepon dengan loud speaker. Vinca kaget melihat gua mengangkat telepon disaat gua masih terus menggenjot dirinya. Vinca membekap mulutnya sendiri dengan tanganya supaya desahanya tidak keluar. Alih alih menghentikan sodokan, gua menarik tangan Vinca dan terus menghajar memeknya dengan kasar. “plok plok plokk…ahhh…plok…ahhhhh” suara sodokan dan juga desahan Vinca pasti terdengar dengan jelas. “Lagi dimana kamu pi? Sama siapa?” tanya Nana. Vinca kembali menutup mulutya begitu mendengar suara dari HP gua. Lagi lagi gua menarik tanganya dan terus menggenjot memeknya hinga Vinca kembali mendesah desah. “Ini mi, lagi nikmatin anaknya si Roy.” Jawab gua santai.

Ekspresi Vinca mulai panik mendegar jawaban gua. “Ih papi nakal ya. Udah malem begini malah main sama abg. Anaknya Roy yang kamu ceritain tadi?” tanya Nana. “Iya mi. Ga disangka dibalik kepolosanya ternyata anaknya binal banget. Sekarang dientot malah mendesah kaya lonte.” Jawab gua. Gua dengan sengaja menghajar memek Vinca satu kali dengan sangat keras. “AhhHHH.” Pekik Vinca tanpa sadar. “Tuh mi, denger kan desahan Vinca.” kata gua sambil semakin semangat menyetubuhi Vinca. “Dasar papi. Jangan lama lama main sama tu lonte pi. Mami nungguin papi di rumah.” Jawab Nana. Setelahnya Nana pun menutup panggilan telepon.

“Enak kan sayang.” Kata gua. “i…itu siapa?” tanya Vinca panik. “Tenang aja sayang. Itu istri om. Namanya Nana.” Jawab gua santai. Seolah ga percaya dengan jawaban gua, Vinca hanya melongo aja. “Ga percaya ya kamu? Kalau mau kamu bisa ikut lagi ke rumah om.” Kata gua. Gua mulai meremasi toket Vinca sambil mempercepat entotan gua. “Ahhhhh…ahhhh…nikmat.” Vinca mulai meracau dan melupakan telepon barusan. “Om selesain ya. Kasian istri om nunggu di rumah minta jatah.” Kata gua sambil mempercepat ritme. “Ah….ahhhhh…….ahhhh.” desahan Vinca makin ga beraturan dan akhirnya badan Vinca kelojotan. Memeknya menyemburkan air yang banyak ke kontol gua. “Bisa squirt juga kamu. Dasar lonte. Orgasme ga ajak ajak.” Kata gua sambil membasahi tangan gua dengan hasil squirt memek Vinca dan gua usap usap ke mukanya yang kelelehan karena orgasme.

Ga lama setelahnya, gua juga ikutan mau klimaks. Gua langsung menarik kontol gua dan gua kocok tepat di depan wajah Vinca. “Ni peju buat kamu.” Kata gua sambil mengocok kontol gua dengan tangan kanan. Vinca memalingkan wajahnya menghindari peju yang ga lama lagi akan muncrat. Dengan tangan kiri gua yang nganggur, gua menahan wajah Vinca supaya kembali melihat kearah kontol gua. “AHHHH……makan ni peju.” Kata gua memuncratkan peju gua ke muka Vinca. “kya!!” pekik Vinca begitu peju kentel gua membasahi wajahnya. Gua tersenyum puas melihat wajah Vinca penuh dengan peju. Peju gua mulai menetes turun dan menggantung di dagunya. Gua menyerok peju gua dengan jari tengah dan gua paksa masuk kedalam mulut Vinca. “Enak kan!” kata gua. Vinca mengulum jari gua dengan ekspresi jijik. Tapi ga lama setelahnya Vinca menyerok peju di mukanya dan dimasukan kedalam mulutnya sendiri. “Udah ketagihan peju ya. Huahahaha.” Kata gua melihat Vinca.

“AH….om udah puas.” kata gua sambil langsung memakai pakaian gua kembali tanpa beristirahat terlebih dahulu. “Om….” panggil Vinca. “Kenapa Vin?” tanya gua. “I..itu…soal yang tadi.” Tanya Vinca ragu. “Tadi yang mana?” tanya gua. “Soal Nana. Vinca boleh ikut ke rumah om untuk mastiin?” tanya Vinca singkat. “Huahaha. Kamu masih tidak percaya sama om? Silahkan kamu ikut om kalau mau bukti. Atau sebenarnya kamu masih pengen dibuat orgasme. Huahaha.” Kata gua melecehkan Vinca. Gua mengarahkan jempol kaki gua dan gua tusuk kedalam memeknya.”AHHhhh…” Vinca otomatis mendesah begitu kaki gua menyentuh memeknya. “Kalau mau silahkan ikut.” Kata gua keluar dari kamar ayahnya Vinca. “Tung….tunguin Vinca om.” Jawab Vinca meminta untuk ikut ke rumah gua. “Kalau tau begini harusnya tadi ga om anter pulang. Mending kamu nginep di rumah om. Biar om entot kamu semalaman.” Grutu gua.

Vinca mengikuti gua sampai ke rumah. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kali ini gua sama sekali tidak menyentuh tubuh Vinca. Gua harus menyiapkan tenaga gua untuk memuaskan napsu liar istri gua Nana. Vinca juga sama sekali tidak mengajak gua untuk berbicara. Begitu sampai di rumah gua mempersilahkan Vinca kembali masuk ke rumah dimana keperawananya gua rengut. “Akhirnya yang ditunggu sampai.” Kata Nana yang memang menunggu gua di ruang tamu dengan Lingerie yang sangat menggoda.

Dengan mudah gua bisa melihat lekukan badan Nana yang dipenuhi oleh tato. Nana terlihat sungguh menggoda seperti biasanya. Kalau tidak ada Vinca, mungkin sudah gua terkam si Nana. Vinca terlihat canggung karena keberadaan Nana. “Jadi ini anaknya si Roy. Pantas saja kamu sampai rela bantuin 100 juta.” Kata Nana sambil memperhatikan badan Vinca dengan seksama. “Betul kan kataku say. Anaknya Roy memang cocok dijadikan lonte mahal.” Kata gua sambil merangkul pundak Vinca. Vinca hanya tertunduk saja. Mungkin dia menyesali semua keputusanya. “Ayo ikut om. Kamu mau bukti kan?” kata gua sambil mendorong badan Vinca untuk kembali masuk ke kamar gua. Begitu masuk ke kamar gua, Vinca hanya bisa bengong melihat suasana kamar yang sedikit berbeda. Di tembok terpajang foto pernikahan gua dengan Nana dan di atas meja rias juga ada frame frame kecil berisikan foto gua dan Nana. “Ta…tadi ga ada ini semua.” Kata Vinca kaget. “tentu saja. Kan sudah om copot terlebih dahulu.” Kata gua.

Klik! Nana mengunci kamar gua dan memeluk gua dari belakang. Tanganya dengan ga sabaran sudah mengelus kontol gua dari luar celana. “Sudah ga sabar ya.” Goda gua sambil melepaskan celana gua. “Masih lengket ni kontol kamu say.” Kata Nana begitu menyentuh kontol gua tanpa ditutupi apapun. “Salahin ni lonte, daritadi ngajak ngentot.” Kata gua menarik badan Vinca. “Om.. Vinca mau keluar aja.” Kata Vinca melepas tangan gua. “Eits.. Lu disini aja. Lihat dan pelajarin cara seks yang bener.” Kata Nana sambil memainkan kunci di tanganya. Vinca akhirnya duduk di sisi ranjang memperhatikan gua dan Nana bergumul. “Bersihin kontol aku dulu say.” Kata gua ke Nana. Dengan senang hati Nana jongkok dan mulai menjilati seluruh bagian kontol gua.

Diawali dengan jilatan di kepala kontol gua, lidah Nana bermain di lubang kencing gua. Sesekali lidahnya sedikit membuka lubang kencing gua dan mulutnya menyedot tepat di lubangnya. “Ah… kamu emang paling jago untuk masalah ini.” Kata gua mengelus rambut Nana. Begitu dirasa kepala kontol gua sudah bersih, lidah Nana mulai mengitari batang kontol gua ke atas dan ke bawah hingga kontol gua kembali basah dengan ludah Nana. “sluurpppp.” Nana menyeruput ludahnya yang menempel di kontol gua. “Ahhh…” desah gua menikmati mulut Nana di kontol gua. Gua menekan kepala Nana kebawah. Tentu saja Nana mengerti kemauan gua, Nana mulai menjilati kedua biji peler gua secara bergantian. Disaat dia merasa sudah cukup basah, Nana langsung menghisap biji peler gua hingga masuk kedalam mulutnya. Biji peler kiri gua yang pertama kali masuk kedalam mulutnya. Lidahnya terus menjilati peler gua yang ada di dalam mulutnya sampai gua mendesah keenakan. “Ahhh…Na….pelan pelan na.” Desah gua keenakan. Melihat gua keenakan, Nana melepas peler kiri gua dan menghisap masuk peler kanan gua. “Fuck…” racau gua keenakan. ​
Nana melirik keatas dan menatap mata gua yang udah merem melek. “Masa kaya gini aja udah merem melek si say.” Goda Nana. “sepongan kamu juara banget say.” Kata gua. “Vin, perhatiin cara nyepong Nana.” Kata gua sambil melirik ke arah Vinca. Vinca memperhatikan aksi Nana dengan seksama. Tatapan matanya sedikit sayu karena sange. Mungkin Vinca sudah kangen dengan rasa kontol gua lagi. Dengan tiba tiba, Nana mendorong gua hingga terjatuh. Nana memegang kedua kaki gua, diangkat dan dibuka lebar lebar.

Nana membenamkan wajahnya di selangkangan gua. Kontol gua yang besar dilumat habis. Sambil menghisap kontol gua dengan keras, lidahnya ga ada henti hentinya memoles kontol gua di dalam mulutnya. “Ahhhhh!! Fuck Na!” racau gua menikmati deep throat dari istri gua. Setelah hampir 1 menit dideepthroat, akhirnya Nana melepas kontol gua. Ludahnya keluar dan menggantung dengan sangat banyak. Wajah Nana juga memerah karena kekurangan oksigen. Nana menatap gua dengan tatapan nakalnya dan memanfaatkan momen ini untuk kembali mengatur napasnya. Setelah ritme napasnya sudah normal Nana kembali menurunkan kepalanya lagi. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Nana tidak menyepong gua. Lidah Nana mempoles lobang pantat gua. “Ahhh…” desah gua kegelian. Kepala gua menoleh kekiri dan kanan karena merasakan rangsangan yang teramat nikmat. Begitu gua melihat ke arah Vinca, gua melihat Vinca yang bangkit berdiri dan memperhatikan Nana yang dengan nikmatnya melumat lobang pantat gua. Lidah Nana dengan telaten menjilati lobang pantat gua sampai ujung lidahnya sedikit masuk ke pantat gua.

Vinca yang sudah ikutan sange ga bisa mengontrol badanya sendiri. Dengan perlahan Vinca meraih kontol gua dan dimasukan ke dalam mulutnya. “Vin..shit” racau gua. Mendengar racauan gua, Nana menoleh dan melihat Vinca yang sedang menikmati batang gua. “Hey!” bentak Nana sambil mendorong Vinca hingga terjatuh di lantai. “Easy babe!” kata gua menenangkan Nana. “Ini giliran gua. Jatah untuk lu udah abis! Tau diri lu lonte!” kata Nana sedikit marah. Vinca ketakutan melihat Nana yang marah kepadanya.

Gua tau Nana orang yang cukup temperamen dan mudah terbawa amarah. Ga mau melihat Nana melampiaskan amarahnya ke Vinca, gua langsung menarik Nana hingga dia telentang di ranjang. Dengan sedikit berputar dan menindih badan Nana, posisi gua sekarang sudah sangat pas untuk 69. Mulut gua sudah berada tepat menghadap memek Nana dan kontol gua sudah menempel di mulut Nana. Gua menaikan dan sedikit menggeser lingerie Nana dan mulai menjilati bibir memeknya. “Ahhhhh…” desah Nana. Mendengar desahan Nana, gua langsung memasukan lidah gua dan mulai mengorek dengan liar. “Ahhh…ahhhh..shit.” Nana mulai meracau.

Ga mau gua mengusai permainan, Nana langsung menyerang balik. Kontol gua kembali dimasukan kedalam mulutnya. seketika itu juga gua merasakan sepongan yang sangat kuat dari mulut Nana. Sepertinya gua bakalan kalah. “Fuck…ahh…ga tahan gua.” Racau gua dan berhenti menjilati memek Nana. Napsu gua udah di ubun ubun, gua langsung menaik turunkan pinggul gua. Otomatis kontol gua langsung memperkosa mulut Nana. Nana tampaknya juga menikmati sodokan kontol gua di mulutnya. Nana memeluk dan menahan pantat gua supaya kontol gua semakin masuk kedalam mulutnya. Sambil menyodokan kontol ke mulut Nana, gua melihat Vinca yang sudah sangat sange karena dipaksa menyaksikan pergumulan gua dan Nana. Dia sudah melepas pakaianya hingga telanjang dan Tanganya sudah memainkan memeknya sendiri. “Fuck….gua ke…luar say!!!!” racau gua sambil menyemburkan peju gua ke dalam mulut Nana. “Ahhhhhhhh…” desah gua panjang menikmati momen orgasme gua. Setelah seluruh peju gua keluar, gua mencabut kontol gua dari dalam mulut Nana.

Walau kontol gua sudah keluar, mulut Nana sedikit terlihat penuh dan mulutnya tertutup rapat. Nana masih belum menelan peju gua padahal biasanya Nana akan langsung menelan peju gua. Nana bangkit berdiri dan berjalan ke arah Vinca yang masih terduduk di lantai. Nana menarik kepala Vinca dan mendekatkan mulutnya ke mulut Vinca. “Slurrpppppp” Nana mencipok Vinca dan mengoper peju gua kedalam mulut Vinca. Hanya sebentar saja dan Nana sudah melepas ciumanya. Peju gua yang kentel terlihat menempel dan menggantung diantara mulut Vinca dan Nana. Sesaat Nana dan Vinca saling bertatapan kemudian Nana mulai menjulurkan kembali lidahnya. Vinca langsung menyambut lidah Nana dengan lidahnya.

Kedua amoy ini langsung larut dalam ciuman yang panas sambil saling memperebutkan peju gua di dalam mulut mereka. Setelah puas menggoda Vinca, Nana melepas ciumanya. Nana membuka mulutnya yang sudah kembali berisikan peju gua serta ludah mereka berdua.Sepertinya saat ciuman tadi, Nana berhasil merebut peju yang awalnya dia berikan ke Vinca. Vinca sudah semakin sange karena godaan Nana. Mulutnya terlihat terbuka dan lidahnya keluar seolah sangat menginginkan peju gua. “Cuih.” Nana meludahkan cairan ludah beserta peju gua ke muka Vinca. Bukanya marah, Vinca malah menyeka cairan tersebut dan dimasukan kedalam mulutnya.

“Huahahaha.” Tawa gua dan Nana melihat aksi lonte Vinca. “Lihat lonte lu. Ga punya harga diri.” Ledek Nana. “Kayaknya dia bakal ngelakuin apa aja demi kontol.” Tambah gua. “Hey! Urusan kita belum selesai.” Kata Nana sambil melepas lingerienya. Setelah bugil, Nana kembali naik ke ranjang dan mengocok kontol gua supaya kembali keras. “Ampun say. Hari ini udah ngecrot berapa kali.” Kata gua. “Bukan urusan aku kan. Aku belum klimaks.” Kata Nana sambil terus mengocok kontol gua. Lain di mulut lain di kontol. Mendapat kocokan dari tangan halus Nana ngebuat kontol gua kembali keras. Begitu sudah keras, Nana langsung memasukan kontol gua kedalam memeknya. “ahhhh….” racau dia begitu memeknya kemasukan kontol. “Udah siap belum?” tanya Nana. “Si…siap.” kata gua menyiapkan hati karena gua tau betul betapa liarnya ulekan Nana.

Begitu mendapatkan jawaban, Nana langsung menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Goyanganya pinggulnya bakalan ngebuat goyangan pedangdut yang disebut si ratu ngebor jadi ga ada apa apanya. “Ahhh….fuck.” Racau gue begitu kontol gua merasa diulek ulek dengan liar. “Ahhh…yess!!!” racau Nana. Seperti biasa, begitu mulai ngentot maka Nana menjadi sangat liar. Tangan kirinya memainkan rambutnya sendiri sedangkan tangan kananya meremas remas biji peler gua. Gua mengontrol napas supaya ga kebobolan duluan. Begitu napas gua teratur, gua mencoba mendorong badan Nana supaya jadi posisi Man on top dan memudahkan gua untuk mengontrol ritme. Tapi Nana malah mendorong badan gua kembali. “ckckck. Aku yang bakalan ngontrol ritme” tolak Nana. Dia bener bener tau isi pikiran gua. Kemudian Nana kembali melanjutkan goyangnya yang liar. Ga Cuma ngulek, kali ini Nana menambah variasi gerakan ke atas dan ke bawah yang ngebuat gua semakin kelojotan.

Lagi lagi Vinca sudah ga kuasa untuk menahan napsunya. Vinca menarik tangan gua dan diarahkan ke memeknya yang sudah sangat becek. Begitu sadar kalau Vinca menarik tangan gua, gua langsung melihat kearah wajah Nana yang terlihat sedikit kesal. Nana melepas kontol gua dari memeknya dan berjalan ke arah lemari di samping ranjang. “Nih! Puasin diri lu sendiri! Dasar Lonte!” Hina Nana sambil melemparkan sebuah benda ke arah Vinca. Vinca mengangkat benda itu dan ternyata itu adalah Vibrator yang dulu gua belikan untuk Nana. Nana menarik tangan gua dari memek Vinca dan diletakan ke toketnya yang dari tadi belum gua mainin.

Begitu merasakan toket kenyel di tangan, secara reflek tangan gua langsung meremas remas toket Nana dan Nana kembali melanjutkan goyanganya. “Ahh…ahhhh!” Desah Nana. Semakin lama kontol gua keluar masuk ke dalam memek Nana dengan ritme yang makin cepat. “Ahhh…Ahhhhh….fuck….aku mau…or…gasme…” racau Nana sambil ikut meremas remas toketnya sendiri. “Ahhhh…ahhhh…” kali ini gua juga mendengar desahan Vinca yang sungguh erotis. Gua melihat kearah Vinca dan menyaksikan bagaimana tangan kirinya meremas toketnya dan tangan kananya menahan Vibrator yang sedang bergetar di dalam memeknya. “Fuck….aku…keluar!!!!” pekik Nana sambil badanya bergetar hebat. Setelah mencapai orgasmenya, badan Nana jatuh kepelukan gua.

Nana mencabut kontol gua dari memeknya dan mulai mengocoknya dengan lembut. “Aku keluarin pakai tangan ya?” kata Nana. “yah say. Masa pakai tangan. Nanggung ni sangenya.” Kata gua kecewa. Melihat Nana yang sudah klimaks dan gua yang masih ngaceng, Vinca melepaskan Vibratornya dan meraih kontol gua. “Aku lebih suka yang asli. Please ijinin aku nikmatin kontol om. Aku bakal lakuin apapun.” Pinta Vinca ke Nana. “Apapun?” tanya Nana. “Iya apapun.” Kata Vinca dengan tatapan kosong. “Termasuk merelakan Roy?” tanya Nana dengan tatapan super jahatnya. Gua melihat tatapan jahat Nana, tampaknya dia punya rencana jahat ke Vinca. Vinca terdiam dan mencoba berpikir jernih. Karena ingin membuat Vinca jadi budak seks gua, gua kembali menghapus nurani gua dan mencoba untuk membuat Vinca tidak bisa berpikir jernih.

Gua mulai mencolok memeknya dengan jari gua. “Ahhhh…” desah Vinca. “Jadi pilih yang mana? Kontol suami gua atau Roy!” bentak Nana. “Ko…kontol om Erwin.” Jawab Vinca dikuasai napsunya. “Deal. Jangan lupa kalau ini pilihan lu. Huahahaha.” Tawa Nana. Vinca menaiki badan gua dan memasukan kontol gua. “Say, cepet puasin tu lonte. Kalau perlu dibuat hamil aja.” Kata Nana menyemangati gua. Mendapat dukungan dari istri sendiri, gua langsung mendorong badan Vinca dan menindihnya. Dengan cepat secara posisi gua udah man on top. Karena memang sudah ga tahan, gua langsung menghajar memek sempit Vinca dengan kasar. “Fuck!! Memek lu sempit banget.” Racau gua sambil meremas remas toket Vinca dengan kasar. “Ahhh…ahhh..terus om…Sodok Vinca.” racau Vinca ga karu karuan. Melihat sang suami menyetubuhi wanita lain, Nana memeluk gua dari belakang. “Baik kan aku ngijinin kamu.” Kata Nana berbisik di kuping gua. Gua langsung menoleh dan mencium mulut Nana. Lidah gua dan Nana berpaut pautan dan berbagi liur. Jari Jari Nana memilin pentil gua. Tangan gua juga ditarik oleh Vinca untuk terus meremas remas toketnya. Mendapat rangsangan dari berbagai tempat membuat gua ga tahan lama. Gua menggenjot memek Vinca secepat yang gua bisa. “Ahhh….ahhh…ahhh…Om….lebih kuat ..la…gi…Vinca mau klimaks.” Racau Vinca.

Gua pun mengikuti kemauan amoy ini dan menyodok memeknya sampai mentok…”AH……Vin…!!!” pekik gua. Gua menekan kontol gua dalam dalam dan menyemburkan peju gua ke dalam memeknya Vinca. “Ahhhhhhh!!!” desah Vinca panjang. Sempuran peju gua tampaknya memberikan sensasi tersendiri untuknya dan membuat dia yang sudah diambang batas jadi ikutan orgame. “Om…… Erwin….” desah Vinca memanggil nama gua dan menggenggam tangan gua erat erat.

Begitu melihat gua dan Vinca sudah sama sama orgasme, Nana langsung menarik badan gua menjauhi Vinca. “Sudah puas kan lu. Inget lu lebih milih suami gua dari pada ayah lu sendiri. Besok lu akan nerima balesanya.” Kata Nana tersenyum penuh dengan kejahatan. Vinca tidak menjawab Nana. Tangan memegang memeknya yang belepotan dengan peju gua yang mulai mengalir keluar dari memeknya. Ga lama, Vinca tertidur karena kelelahan. “Hey, kamu punya rencana apa si?” tanya gua ke Nana. “Kamu pengen Vinca jadi budak seks kita kan?” tanya Nana. “Tentu aja.” Kata gua. “Aku punya rencana. Kamu percaya kan sama aku?” kata Nana mencium bibir gua. “Percaya kok sayang.” Kata gua membalas ciumanya. Tentu saja gua percaya dengan Nana. Nana adalah istri yang sempurna untuk gua yang hyper seks. Karena dia juga hyper seks dan membiarkan gua untuk menyetubuhi wanita lain. Ga Cuma sampai disitu dia juga sering membantu gua untuk bisa mncapainya.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "PENGORBANANKU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel