True Story(Part 1) ; Malam Panas Dengan Mbak Ratih Tetanggaku
Perkenalkan, namaku Anto (samaran).Ini adalah kisah nyata kehidupanku, tentang petualanganku di dunia kenikmatan bercinta, sebuahkehidupan yang sudah kegeluti sejak duduk di bangku SMP.
Awalnya aku di perkenalkan dengan seks oleh Mbak Ratih, tetanggaku yang tidak pernah terpuaskan dengan genjotan suaminya di atas ranjang. Maka jadilah aku, yang saat itu masih berusia 14 tahun, dijadikan pemuas nafsu, dan merubahku menjadi seorang laki laki yang haus akan seks, tak peduli usia, status dan hubungan darah dengan wanita wanita yang ku puaskan di atas ranjang. Kita mulai saja dengan kisah pertamaku dengan Mbak Ratih.
Malam itu, aku tidak bisa tidur seperti biasanya. Saat itu aku sedang duduk duduk di teras rumahku, sambil bermain gitar, menunggu mataku terasa berat, sehingga aku dapat tertidur. Saat sedang asyik asyiknya bersenandung, tiba-tiba pintu rumah di samping rumahku terbuka, dan Mbak Ratih, istri Mas Reza, tetanggaku, yang sering mengajariku bermain gitar keluar dengan daster tidurnya yang tipis. Saat itu, aku yang masih terbilang muda, belum berfikiran macam macam melihat kemolekan tubuh Mbak Ratih di balik dasternya yang transparan.
“belum tidur To?” Tanya Mbak Ratih dari balik dinding pembatas rumah kami, yang hanya setinggi pinggang.
“Belum Mbak, nggak bisa tidur” Jawabku sopan, “Mbak juga kok belum tidur?” Tanyaku lagi.
“Mbak nggak bisa tidur, belum lemas sih” Jawab Mbak Ratih sambil tersenyum nakal. Namun aku yang masih polos, belum bisa memahami maksud perkataan itu.
“Oh, memang enak ya, kalo lemas, baru tidur?” Tanyaku lagi.
“Iya, kamu mau di lemasin?” Tanya Mbak Ratih lagi, sambil menatapku dengan tatapan berbinar.
“Gimana caranyanya Mbak”
“Gampang,” Jawab Mbak Ratih lagi, sambil menyebrangi dinding pembatas, dan kini berdiri tegak di depanku. “Orang orang di rumah kamu sudah tidur” Tanyanya lagi. Aku mengangguk bingung. “Matiin dulu lampu terasnya” perintah Mbak Ratih lagi. Aku yang bingung, nurut aja, dan suasana di teras rumah ku gelap seketika. Betapa terkejutnya aku ketika Mbak Ratih langsung memelorotkan celana pendek yang kupakai, sehingga aku yang saaat itu memang tidak memakai celana dalam, langsung bugol di bagian bawah.
“Ehh, Mbak, Kok…”
“Sudah nurut aja” Jawab Mbak Ratih, lalu menyuruhku duduk di bangku, dan mulai mengulum kontolu dengan lembut. Gila, rasa nikmatnya benar benar luar biasa. Kontolku yang tadi sudah terlelap, langsung bangkit, dan menegang dengan maksimum. “Gila burung kamu To,” Gumam Mbak Ratih, sambil mengocok ngocok penisku dengan gemas. Semakin lama, aku merasa semakin melambung, sampai saat-saat aku mau klimaks.
“Aduhhh Mbak, jadi mau pipis nihh” Desahku ngos-ngosan.
“Pipis aja cepat” Balas Mbak Ratih cepat, makin mempercepat kocokannya, kali ini dikombinasikan dngan hisapan mulutnya yang luar biasa. Dan beberapa detik kemudian, aku merasakan sesuatu muncrat keluar dari ujung kontolku, dan membasahi wajah, dan mulut Mbak Ratih.
“Aduhh Mbak,, nikmat nya” Desahku, sambil memejamkan mata.
“Gila bener burung kamu To, belum lemas juga” komentar Mbak Ratih lagi, yang masih mengocok kontolku dengan lembut.
“trus, mau di apain lagi Mbak?” Tanyaku, sambil menatap wajah Mbak Ratih yang belepotan sperma.
“Kita ke kamar mu yuk To” Ajak Mbak Ratih dengan nafas memburu. Dengan terburu-buru, wanita ini menarikku ke arah kamar paling depan. Mbak Ratih memang sudah sering ekluar masuk rumahku, jad dia hafal dengan benar tata ruang dalam rumah ini.
Di dalam kamarku, aku di suruhnya membuka seluruh pakaianku, dan berbaring telentang di atas ranjangku. Lalu ku lirik Mbak Ratih, yang membuka pakaian tipis yang di kenakannya. Amboii!! Bau kali itu aku melihat dengan nyata, perempuan yang sedang telanjang. Wajah Mbak Ratih yang putih bersih, dengan tahi lalat kecil di atas bibirnya tampak memerah menahan nafsu. Dadanya yang membusung kencang tampak begitumenggoda, dengan putting yang besar kecoklatan. Perlahan Mbak Ratih naik ke atas pembaringanku, lalu duduk dan mulai mengulum kontolku lagi.
“ahhhh,, Mbakk,, Hmmm,,,enakMBak…” Desahku. Namun Mbak Ratih tidak menjawab, melainkan merubah posisinya, sehingga memeknya yang merah dan basah, kini tepat di depan wajahku. “Jilatin punya Mbak To” Pinta Mbak Ratih lirih. Aku menurut aja. Dengan ragu ku jilati bibir vaginanya, dan Mbak Ratih mengerang pelan.
“Agak ke tengah To” Instruksinya, “Yaahhh,, di situ,,, jilatin To,,hisapp sekuatnya” Erang Mbak Ratih, ketika lidahku menyapu vaginanya bagian tengah agak ke atas. Kuluman Mbak Ratih jadi semakin liar pada konolku, saat memeknya yang banjir ku jilat dengan buas. “Ahhh,,uhhhhhh,,, To,, Ekhhhhh,,,gilaaaaaa To,, Mbak keluarrr,,akhhhhhh,,,,” Erang Mbak Ratih, dan ku rasakan beberapa tetes cairan kental dari vagina Mbak Ratih jatuh ke wajahku.
Mbak Ratih lalu merubah posisinya. Kini dia duduk di atas pahaku, sambil memandangku sayu. “Kamu masih perjaka To?” Tanyanya. Aku mengangguk mengiyakan. Dia tersenyum, lalu mengambil posisi berjongkok di atas penisku yang masih mengacung tegak. Perlahan lahan Penisku tenggelam dalam lubang kenikmatan Mbak Ratih yang terasa hangat dan lembab. Saat mataku melirik ke bawah, aku kaget juga, saat melihat peniku sudah lenyap seluruhnya ke dalam memek Mba Ratih.
“Hmmmm,,,akkhhhhhh,,, Enak kontolmu To” Racau Mbak Ratih, sambil memaju mundurkan pantatnya yang sekal. Kemudian tangannya membimbing kedua tanganku menuju ke arah dadanya. “ Remas To,” Pintanya. Aku melakukan apa yang di perintahkan Mbak Ratih, dan saat itu juga erangannya makin terdengar dahsyat. “To,,, auhhhhh,,,akhhhhh,,,,,” Mbak ratih makin mempercepat goyangannya, dan aku merasakan sensasi yang luar biasa pada kontolku, rasanya seperti dipilin pilin. Dengan bernafsu, aku bangkit, dan dalam posisi setengah duduk, ku tarik tubuh Mbak Ratih merapat, sehingga putingnya kini berada tepat di depan mulutku. Langsung ku sambar dan ku hisap hisap dengan gemas, sambil ku remas remas kedua bongkahan pantatnya yang seksi dengan tanganku.
“Akhhh,,,,akhhhhh,, To,,, kontolmu To,,,, enakkkk Bangett,,,,ochhhhhhh,,,ahhhhhhhhhhh” Desah Mbak Ratih makin liar bergoyang. Tiba tiba Mbak Ratih mengangkat wajahku dari dadanya, dan mencium bibirku dengan gemas. “Mbak keluar lagiiii To,,erggghhhhh,,,,akhhhhhhhhhhhhhhh….” Erangnya, sambil memagut bibirku kuat kuat. Aku juaga saaat itu sudah merasakan desakan hebat di ujung penisku, akhirnya menyemburkan spermaku ke dalam vagina Mbak Ratih, CROTT-CROTTTT,,CROTTT.
Akhirnya aku terkulai lemas diranjangku, dengan tubuh Mbak Ratih yang basah berkeringat di atasku. Jadi ini rasanya bercinta, sungguh luar biasa, pikirku menerawang. Perlahan Mbak Ratih mengangkat wajahnya, dan menatapku sambil tersenyum. “Kamu luar biasa To. Baru kali ini Mbak bisa merasakan yang namanya orgasme, yang idak pernah bisa di berikan oleh Mas Reza” Jelasnya, membuatku lagsung teringat akan status Mbak ratih. “Bagaimana kalaau Mas Reza tahu Mbak?” Tanyaku agak khawatir.
“Tenang saja” Jawab Mbak Ratih, lalu perlahan lahan turun dari atas ranjang, dan memakai kembali daster tipisnya sambil tersenyum nakal padaku, “ Ini akan jadi rahasia kecil kita berdua” anjutnya, lagi. Aku juga berdiri dari pembaringanku, lalu mendekati Mbak Ratih, “Makasih ya Mbak, sudah mengajari Anto bagaimana kenikmatan bercinta” Ucap ku polos, sambil memeluk wanita cantik ini.
“Hmmm,, nanti akan Mbak ajarkan gaya yang lain lagi” Balas Mbak Ratih lalu meremas lembut kontolku. “ Dengan kontol segede ini, kamu bisa membuat puas wanita manapun, dengan gaya yang tidak terbatas” Lanjut Mbak Ratih lagi, lalu memberikan kecupan kilat pada bibirku, lalu berlalu pergi, meninggalkan ku dalam kamar sendirian, mencoba mencerna kata-kata Mbak ratih barusan. Sejak saat itu, aku seakan jadi suami kedua Mbak Ratih. Hampir setiap hari, Mbak Ratih selalu mengajakku bercumbu, entah di kamarku, atau di kamarnya, ketika Mas Reza sedang lembur di kantornya. Apalagi, kalau Mas Reza sedang dinas keluar kota sampai beberapa hari, aku benar benar di buat lemas oleh Mbak Ratih, yang memintaku menginap di rumahnya beberpa malam. Sejak saat itulah, petualanganku dalam mengejar kenikmatan vagina yang hangat, di mulai.
True Story(Part 2): Rima, Teman SMP ku yang Hot
-->
Setelah petualangan seksku dengan Mbak Ratih tetanggaku, aku jadi punya pandangan lain terhadap teman2ku di sekolah. Sebelumnya aku tertarik sama teman2 cewekku sebagian besar dari wajahnya yang manis, atau tingkahnya yang lucu. Namun kini, aku lebih condong menilai mereka dari segi seksualitas.
Sebut saja Rima (Samaran). Cewek satu ini tidak pernah menarik perhatianku sebelumnya. Selain wajahnya yang pas- pasan, dia juga tidak terlalu bergaul di ekolah, dan kebanyakan Cuma diam di kelas. Ketertarikanku pada Rima, bermula pada saat jam olahraga. Hari itu materinya adalah senam lantai. Saat itulah, baru ku perhatikan kalau tubuhRima ternyata punya lekuk lekuk yang sangat sempurna untuk ukuran anak SMP. Kontolku langsung menegang melihat Rima, yangsaat itusedang melakukan gerakan pemanasan. Otakku langsung berfikir, bagaimana caranya agar tubuh sintal itu bisa ku nikmati. Lalu aku mendapat akal, dan segera saja ku dekati Rima.
“Ma, bantuin dong” Kataku, sambil duduk berselonjor.
“Bantuin apa?” Tanya Rima, sambil menatapku bingung. “Aku mau Sit UP, pegangin kakiku dong” Pintaku lagi. Rima Setuju, dan berjongkok didepanku, sambil menekan kedua pergelangan kakiku, sementara aku melakukan Sit UP. Setiap kali bangun, mataku terbentur pada dada montok Rima yang tepat berada di depan wajahku. Kontolku langsung tegang lagi, dan Rima tersenyum melihat celana trainingku menggembung di daerah terlarang itu.
“Bantuin apa?” Tanya Rima, sambil menatapku bingung. “Aku mau Sit UP, pegangin kakiku dong” Pintaku lagi. Rima Setuju, dan berjongkok didepanku, sambil menekan kedua pergelangan kakiku, sementara aku melakukan Sit UP. Setiap kali bangun, mataku terbentur pada dada montok Rima yang tepat berada di depan wajahku. Kontolku langsung tegang lagi, dan Rima tersenyum melihat celana trainingku menggembung di daerah terlarang itu.
“To, lo Sit UP, Adek lo juga kayaknya mau ikutan sit up deh” Kata Rima, sambil menatap lekat lekat pada bagian celanaku yang menggembung.
“Siapa suruh lo pajangin gunung lo yang montok itu” Balasku nakal sambil menatap dada Rima. Rima tersenyum, lalu berdiri. “Udah ah, gue mau ke WC dulu, kebelet nih” Kata Rima, lalu pergi mendekati Pak Rudi, guru Olahragaku, untuk pamit kebelakang. Ketika hendak melintasi pintu ruang olahraga, Rima menoleh padaku, sambil mengedipkan mata dan tersenyum. Aku balas tersenyum, dan mengerti ajakan non verbal itu. Beberapa menit kemudian, akupun meminta izin pada Pak Rudi, untuk keluar sebentar membeli minuman.
Dengan nafas memburu, aku berjalan ke arah WC sekolah , namun belum sampai di sana, sebuah suara kecil memanggilku. Ternyata Rima, yang sedang berdiri di balik sebuah pintu gudang tua. “Sini,” Bisiknya, sambil melabaikan tangan, dan menengok kanan kiri. Aku bergegas mengahampiri Rima yang sudah menghilang di balik pintu. Sebelum masuk aku lalu memperhatikan keadaan sekitar, memastikan kalau tak ada yang melihat kami, sebelum aku masuk dan menutup pintu. Saat berbalik, aku kaget melihat Rima sudah melepas kaos dan training olahraganya, dan kini hanya mengenakan sebuah tank top hitam dan celana dalam yang juga berwarna hitam. Dengan langkah tertahan aku mendekati Rima, dan berdecak kagum melihat tubuhnya yang polos. Kulitnya memang tidak putih, namun warna kecoklatan yang menuutupi tubuhnya tampak mengkilat dan terlihat licin.
“jangan bengong aja di situ, cepat sini, nanti ada yang datang” Tegur Rima, membuatku sadar, dan buru buru melepas semua pakaianku, sehingga kini tubuhku bugil. Rima tercengang melihat penisku yang besar dan tampak mengacung dengan gagah. Dia pun buru buru melepas sisa penutup tubuhnya, lalu menarikku ke arah sebuah meja di sudut ruangan. “punyamu besar To” Gumam Rima, sambil mengocok penisku dengan gemas, dan mengulumnya. Mulutnya tampak nyaris tak sanggup menampung semua batang kejantananku.
“Ahhh,,,Ahhhh,,, trus Rima,, sepongan lo mantap banget”Desahku, sambil menarik narik rambut Rima yang diikat model ekor kuda. Beberapa menit kemudian Rima berdiri, dan duduk di tepi meja, sambil mengangkankan kedua kakinya lebar-lebar.
“Cepat To, tusuk gue sekarang” Pinta Rima, sambil membasahi tangannya dengan ludahnya, lalu mengusap memeknya. Dengan bernafsu, aku mendekati Rima, dandalam posisi berdiri, ku benamkan penisku dalam dalam.
“Akhhhhh,, pelan To,,, punyamu gede bangett,,,ouhhhhhh” Erang Rima, membuat nafsuku benar benar memuncak sampai ke ubun ubun. Ku percepat genjotanku, membuat Rima terhentak hentak ke belakang, sambil menggigit bibirnya kuat kuat, sesekali erangannya keluar tak tertahankan.”Akhhh,,, akhhh,,To,,, Fuck me To,,, hmmppphhhh,,,,,,,” Kepala Rima terkulai ke belakang, sehingga dadanya yang montok membusung ke wajahku. Segera saja ku sambar putingnya, dan menghisapnya dengan gemas, membuat Rima makin bergerak liar.
“To,,, gue… udah… mau keluarr,,ekhhh,,ahhhhh,,,ahhhh,,,,” Desah Rima sambil menatapku sayu. Kupercepat genjotanku, dan aku juga merasakan hal yang sama. Bberapa menit kemudian, Rima memagut bibirku, dan mengigitnya dengan gemas, kuraskan tubuhnya bergetar hebat. Aku juga tak kuat menahan desakan kenikmatan di ujung penisku, akhirnya memuntahkan spermaku dalam vagina Rima yang berkedut kedut Nikmat.
“Rimaaaa,,,, Memek lo enakkk bangett,,” Ucapku Lemah, sambil menciumi leher Rima yang basah oleh keringat.
“Burung lo juga Perkasa banget To,, gue sampai klimkas kaayak gini” Bisik Rima, sambil menyandarkan kepalanya di dadaku yang bidang.
Beberapa saaat kemudian kami berpakaian kembali, dan bersama sama kembali k ruang olahraga. Di sepanjang jalan, Rima menuturkan kalau dia selama ini selalu menjadi pelampiasan nafsu dari ayah tirinya, namun tak sekalipun pernah mengalami orgasme seperti dengan ku tadi. Dia juga memberi alamat rumahnya dan meminta nomor teleponku, agar kami bisa bercinta lebih lama dan leluasa lagi, kalau rumahnya lagi kosong.
0 Response to "True Story(Part 1) ; Malam Panas Dengan Mbak Ratih Tetanggaku"
Posting Komentar